Andalan

Buah Kreatifitas Menjadi Penghasilan

Bungong Jaroe adalah usaha yang didirikan Nurul Fajri sejak tahun 2014 di Jl. Peurada Utama, Lr. Belilmbing, Banda Aceh. Saat itu Nurul sedang menyelesaikan sidang tingkat akhirnya. Mendirikan usaha menjahit selempang ini terinspirasi dari duta-duta wisata Aceh, maupun Putri Indonesia.

            “Kalau dukungan sih saya dapatkan dari suami, keluarga juga orang tua pastinya, walaupun awalnya orang tua sempat ingin saya menjadi seorang PNS” Ujar Nurul saat di jumpai dirumahnya pada Rabu, 5 Desember 2018.

            Promosi biasa di lakukan Nurul lewat akun Instagramnya atau media sosial lainnya, sehingga mempermudah para pelanggannya untuk melihat berbagai model dari contoh produk yang ia miliki.

            Berbagai kendala dihadapinya, kendala besar yang sering Nurul hadapi salah satunya adalah listrik, menggunakan mesin jahit listrik memang sangat membantu untuk menghemat waktu, namun ketika mati listrik maka akan kesulitan untuk menyelesaikan pesanannya. Oleh karena itu waktu yang di butuhkan Nurul untuk menyelesaikan jahitan adalah tiga hari, tak lain karena kendala saat mati lampu. Untuk soal mesin, Nurul juga sudah bekerja sama dengan pengusaha yang lain.

            Omzet penjualan yang di hitung Nurul bukan perbulan, melainkan pertiga bulan sekali yaitu 30 juta rupiah, namun itu belumlah nilai bersih dari keseluruhannya, omzet bersihnya adalah 30% dari omzet perbulannya.

            Penjualannya sendiri juga tak hanya menyebar di sekitaran pulau sumatra, melainkan hingga ke Jawa, Sulawesi, Papua, Bandung, Jakarta dan berbagai daerah lainnya bahkan hingga Malaysia.

Banda Aceh, 06 Desember 2018

Karya Lipatan Cilik

Lomba Pesawat Kertas diadakan pada hari Kamis, 6 Desember 2018 dari pukul 09.00-12.00 di SDIC Anak Bangsa. Tidak terlalu resmi, hanya lomba kecil-kecilan yang sebenarnya bertujuan untuk menghibur juga melepas penat dari ujian yang baru saja di alami para siswa/i sekaligus lomba akhir semester sebelum berlangsungnya liburan, walaupun sebenarnya acara ini sangatlah dadakan, dan kami baru melakukan rapat pada hari sebelumnya, yaitu pada Rabu, 5 Desember 2018.

            Tak heran pula jika banyak siswa yang agak sulit menentukan ikut atau tidak, pendaftarannya saja baru di buka pagi hari namun alhamdulillah cukup banyak siswa/i yang ikut berpartisipasi dalam perlombaan ini, dari siswa/i kelas satu hingga kelas enam. Tapi tak sedikit pula siswa/i yang menolak untuk ikut dangan alasan bahwa lomba ini terlalu kekanak-kanakan, terutama siswi Muslimah kelas lima dan enam.

            Pada umumnya, gaya seseorang dalam membuat pesawat dari kertas berbeda-beda, tergantung dari seni dan lipatan yang mereka buat, dalam lomba ini siswa/i dapat mengasah kreativitas sekaligus melakukan refreshing secara bersamaan. Kurang lebih ada 40 siswa/i yang mengikuti perlombaan ini.

            Hampir semua siswa/i sudah mengetahui cara membuat pesawat kertas, siswa/i juga sudah merancang model pesawat yang akan mereka buat. Namun tak sedikit pula siswa/i kelas bawah yang bahkan belum pernah melipat pesawat sekalipun. Selaku panitia, sudah kewajiban kami untuk mengajarkan hal tersebut selama lomba belum di mulai.

            Tidak hanya model, pesawat kertas akan terbang dengan baik tergantung dengan cara menerbangkannya, juga kertas yang di gunakannya, apakah keras, lembek, berat, ringan, tipis. Nah di perlombaan ini kami menyediakan 4 macam kertas dan siswa boleh memilih kertas mana saja untuk di jadikan pesawat masing-masing.

            “Peraturanya sederhana, kalian hanya boleh menggunakan empat tipe kertas yang sudah di sediakan, untuk membuat pesawat tidak ada waktu yang ditetapkan, model dan teknik menerbangkan pesawat itu sesuai dengan kalian, jikalau pesawat bertabrakan itu adalah resiko, yang di nilai adalah jarak peswat dari garis start, juara yang di ambil adalah juara 1 dan 2” Begitu kata Ustadz Rezal saat mengumumkan peraturan

            Kini suara riuh siswa/i berhamburan menyoraki semangat untuk temannya yang sedang berdiri siaga di garis start, dalam satu ronde kami melombakan 5-8 orang perkelasnya. Juara yang kami tentukan adalah satu dan dua, namun jumlah juara bisa saja bertambah tergantung dengan jumlah peserta perkelasnya. Lomba di mulai dari kelas kecil hingga kelas besar,

            “kita harus mengalah dong dengan adik-adik” Ujar saya dan teman-teman ketika salah satu siswa kelas besar menghampiri kami

Lomba pun berlangsung tak lepas dari berbagai tingkah siswa, ada yang menyebalkan namun ada juga tingkah yang sangat lucu dan membuat kami tak mampu menahan tawa.

Keriuhan dan sorakan nama siswa terus di lontarkan para siswa yang menonton. Tak terbayang wajah-wajah polos itu ternyata bisa merasa gugup, namun gugup tidak akan menghentikan semangat yang sudah sangat membara di diri itu masing-masing. Memang lomba ini tidak diikuti oleh semua siswa, tapi acara ini cukup ramai.

Lomba berjalan lancar, tak sedikit pula bapak guru yang membantu kami, menghandle siswa yang lumayan banyak ketika lomba sedang berlangsung memang tak semudah yang di lihat. Tapi di balik perjuangan itu kami yakin, pengalaman berharga untuk masa depan ada di sana.

Banda Aceh, 08 Desember 2018