Lomba Pesawat Kertas diadakan pada hari Kamis, 6 Desember 2018 dari pukul 09.00-12.00 di SDIC Anak Bangsa. Tidak terlalu resmi, hanya lomba kecil-kecilan yang sebenarnya bertujuan untuk menghibur juga melepas penat dari ujian yang baru saja di alami para siswa/i sekaligus lomba akhir semester sebelum berlangsungnya liburan, walaupun sebenarnya acara ini sangatlah dadakan, dan kami baru melakukan rapat pada hari sebelumnya, yaitu pada Rabu, 5 Desember 2018.
Tak heran pula jika banyak
siswa yang agak sulit menentukan ikut atau tidak, pendaftarannya saja baru di
buka pagi hari namun alhamdulillah cukup banyak siswa/i yang ikut
berpartisipasi dalam perlombaan ini, dari siswa/i kelas satu hingga kelas enam.
Tapi tak sedikit pula siswa/i yang menolak untuk ikut dangan alasan bahwa lomba
ini terlalu kekanak-kanakan, terutama siswi Muslimah kelas lima dan enam.
Pada umumnya, gaya
seseorang dalam membuat pesawat dari kertas berbeda-beda, tergantung dari seni
dan lipatan yang mereka buat, dalam lomba ini siswa/i dapat mengasah
kreativitas sekaligus melakukan refreshing
secara bersamaan. Kurang lebih ada 40 siswa/i yang mengikuti perlombaan
ini.
Hampir semua siswa/i sudah
mengetahui cara membuat pesawat kertas, siswa/i juga sudah merancang model
pesawat yang akan mereka buat. Namun tak sedikit pula siswa/i kelas bawah yang
bahkan belum pernah melipat pesawat sekalipun. Selaku panitia, sudah kewajiban
kami untuk mengajarkan hal tersebut selama lomba belum di mulai.
Tidak hanya model, pesawat
kertas akan terbang dengan baik tergantung dengan cara menerbangkannya, juga
kertas yang di gunakannya, apakah keras, lembek, berat, ringan, tipis. Nah di
perlombaan ini kami menyediakan 4 macam kertas dan siswa boleh memilih kertas
mana saja untuk di jadikan pesawat masing-masing.
“Peraturanya sederhana,
kalian hanya boleh menggunakan empat tipe kertas yang sudah di sediakan, untuk
membuat pesawat tidak ada waktu yang ditetapkan, model dan teknik menerbangkan
pesawat itu sesuai dengan kalian, jikalau pesawat bertabrakan itu adalah
resiko, yang di nilai adalah jarak peswat dari garis start, juara yang di ambil
adalah juara 1 dan 2” Begitu kata Ustadz Rezal saat mengumumkan peraturan
Kini suara riuh siswa/i
berhamburan menyoraki semangat untuk temannya yang sedang berdiri siaga di
garis start, dalam satu ronde kami melombakan 5-8 orang perkelasnya. Juara yang
kami tentukan adalah satu dan dua, namun jumlah juara bisa saja bertambah
tergantung dengan jumlah peserta perkelasnya. Lomba di mulai dari kelas kecil
hingga kelas besar,
“kita harus mengalah dong
dengan adik-adik” Ujar saya dan teman-teman ketika salah satu siswa kelas besar
menghampiri kami
Lomba pun berlangsung tak lepas dari berbagai tingkah siswa, ada yang
menyebalkan namun ada juga tingkah yang sangat lucu dan membuat kami tak mampu
menahan tawa.
Keriuhan dan sorakan nama siswa terus di lontarkan para siswa yang
menonton. Tak terbayang wajah-wajah polos itu ternyata bisa merasa gugup, namun
gugup tidak akan menghentikan semangat yang sudah sangat membara di diri itu
masing-masing. Memang lomba ini tidak diikuti oleh semua siswa, tapi acara ini cukup
ramai.
Lomba berjalan lancar, tak sedikit pula bapak guru yang membantu kami, menghandle siswa yang lumayan banyak
ketika lomba sedang berlangsung memang tak semudah yang di lihat. Tapi di balik
perjuangan itu kami yakin, pengalaman berharga untuk masa depan ada di sana.
Banda Aceh, 08 Desember 2018